by

Smart Cemetery System: ITEBA Luncurkan Pelatihan Digitalisasi Administrasi TPU Sei Panas

BATAM (Mk.com) — Upaya modernisasi pelayanan publik di Kota Batam kembali mendapatkan dorongan melalui implementasi teknologi digital.

Pada Sabtu, 6 Desember 2025, tim peneliti dari Institut Teknologi Batam (ITEBA) melaksanakan pelatihan penggunaan aplikasi Smart Cemetery System (SCS) untuk para petugas administrasi di TPU Sei Panas atau TPU Taman Langgeng Sei Panas.

Pelatihan ini merupakan bagian dari rangkaian penelitian yang mengusung transformasi tata kelola pemakaman melalui pendekatan ergonomi kognitif serta pemetaan spasial berbasis QGIS.

Kegiatan yang berlangsung di kantor administrasi TPU tersebut dihadiri bapak Adi Susanto selaku sekretaris yayasan TPU Sei Panas, Erika Andriani selaku bendahara, Asri Masita selaku administrasi, Sukarno Dan Maikun selaku petugas lapangan.

Selama pelatihan, para peserta diperkenalkan pada fitur-fitur utama aplikasi, mulai dari pendataan makam secara digital, integrasi peta lokasi, hingga pengelolaan administrasi pemesanan lahan secara real-time.

Antarmuka aplikasi yang dirancang sederhana dan mudah dipahami membuat para petugas terlihat cepat beradaptasi, bahkan beberapa di antaranya mengaku sistem ini dapat memangkas waktu pelayanan administrasi secara signifikan.

Penelitian ini dijalankan oleh tim dosen dan mahasiswa ITEBA yang dipimpin oleh Dr. M. Ansyar Bora, S.T., M.T. selaku ketua peneliti. Ia didampingi oleh para anggota, yakni Dr. Ir. Ririt Dwiputri Permatasari, S.T., M.SI., dan Luki Hernando, M.Kom.

Tim ini juga melibatkan sejumlah mahasiswa yang berperan dalam pendampingan teknis, yaitu Hisyam Ma’wa Abdullah dan Erica dari Prodi Manajemen Rekayasa, serta Teddy Elvaro Siagian, Vinsensius Fendy Kurniawan, Angga Kurniawan Dan Amanda Puspita Sari dari Program Studi Sistem Informasi. Keterlibatan mahasiswa ini merupakan bagian dari penguatan kompetensi praktis sekaligus implementasi tridharma perguruan tinggi.

Salah satu fokus penelitian adalah integrasi pemetaan digital menggunakan QGIS, yang memungkinkan area pemakaman dipetakan secara detail dan akurat berdasarkan koordinat spasial. Dengan sistem ini, setiap makam dapat ditandai secara digital sehingga memudahkan petugas dalam menata blok pemakaman sekaligus menghindari tumpang tindih lahan. Para peserta pelatihan juga memperoleh pemahaman mengenai cara memperbarui data peta, menautkan informasi dengan database aplikasi, dan mengoperasikan peta interaktif untuk kepentingan pelayanan masyarakat.

Pelatihan ini menjadi bagian dari penelitian berjudul “Optimalisasi Pengelolaan Pemakaman Umum dengan Pendekatan Ergonomi Kognitif berbasis Smart Cemetery System (SCS)”.

Riset ini tidak hanya mengedepankan aspek teknologi, tetapi juga mempertimbangkan karakteristik pengguna di lapangan, seperti beban kognitif, tingkat literasi digital, dan kenyamanan interaksi dalam penggunaan aplikasi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, sistem SCS dirancang agar dapat digunakan oleh petugas dengan latar belakang teknologi yang beragam.

Proyek penelitian ini didanai oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdikdisaintek) melalui skema Hibah Penelitian Fundamental Reguler (PFR). Pendanaan tersebut merujuk pada Kontrak Induk Nomor 134/C3/DT.05.00/PM/2025 tanggal 28 Mei 2025, serta Kontrak Turunan Nomor 019/LL17DT.05.00/PM/2025 tanggal 2 Juni 2025.

Dukungan ini diharapkan dapat mempercepat implementasi digitalisasi pelayanan publik di berbagai sektor, termasuk pengelolaan pemakaman umum yang selama ini masih identik dengan sistem manual.

Dalam keterangannya, Dr. M. Ansyar Bora menyampaikan bahwa digitalisasi administrasi pemakaman merupakan langkah strategis menuju tata kelola yang lebih profesional dan akuntabel.

“Kami ingin memastikan bahwa seluruh data pemakaman terdokumentasi dengan baik, mudah dicari, dan dapat diakses kapan saja. Sistem ini bukan hanya mempermudah petugas, tetapi juga memberikan kenyamanan bagi masyarakat yang membutuhkan informasi secara cepat dan akurat,” ujarnya.

Pelatihan yang berlangsung lebih dari tiga jam tersebut diakhiri dengan sesi diskusi, di mana petugas TPU menyampaikan berbagai masukan terkait kebutuhan fitur lanjutan dan perbaikan sistem. Seluruh masukan tersebut dicatat oleh tim peneliti sebagai bagian dari proses evaluasi sesuai pendekatan Agile Scrum yang digunakan dalam penelitian.

Kegiatan ini diharapkan menjadi titik awal transformasi digital pengelolaan TPU di Kota Batam, sekaligus membuka peluang bagi penerapan sistem serupa di daerah lain di Indonesia.(r/adv)